Kisah Keberanian Alfred Gwynne Vanderbilt
Bayangkan kamu diatas kapal laut yang akan tenggelam dan memiliki jaket pelampung. Maukah kamu memberikannya kepada orang lain? Tentu saja tidak. Tetapi, tidak dengan orang ini.
Kita awali cerita ini dari fakta bahwa pria diatas, Alfred Gwynne Vanderbilt,dilahirkan dari keluarga yang sangat kaya. Terlebih lagi ketika kakak laki-laki tertuanya, William, meninggal dunia pada tahun 1892 pada usia 22 tahun. Apa hubungannya?
Karena ayahnya tidak merestui pernikahan William dengan seorang wanita pilihannya, hak waris kakaknya dicabut dan sebagian besar diberikan kepada Alfred dan adik laki-lakinya, Reginald Claypoole Vanderbilt Setelah lulus sekolah tepatnya pada 12 September 1899, Alfred memulai tur keliling dunia yang rencananya akan berlangsung selama dua tahun dengan teman-temannya.
Sayangnya, saat mereka sampai di Jepang, Alfred mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dunia secara mendadak dan bergegas pulang untuk menemuinya secepat mungkin. Waktu berjalan dengan cepat hingga pada 1 Mei 1915, sebagai penumpang kelas satu, Alfred naik ke RMS Lusitania untuk menuju Liverpool.
Itu adalah perjalanan bisnis, dan ia bepergian hanya dengan pelayannya, Ronald Denyer, meninggalkan keluarganya di rumah di New York. Pada 7 Mei 1915, Alfred tidak akan pernah menyangka bahwa di lepas pantai County Cork, Irlandia, dia akan menghadapi hari paling berat dalam hidupnya. Kapal RMS Lusitania tiba-tiba ditorpedo U-boat Jerman, U-20, membuat ledakan yang akan menenggelamkan kapal laut raksasa itu dalam waktu 18 menit.
Alfred dan Denyer membantu orang lain masuk ke sekoci. Waktu itu Alfred melihat ada seorang ibu muda dan anaknya yang masih bayi. Alfred mendekatinya dan menenangkannya dengan mengatakan dia akan menemukan penyelamat tambahan untuknya. Alfred gagal melakukannya dan kamu tahu apa yang dilakukan Alfred? Dia menawarkan pelampungnya sendiri. Padahal Alfred tidak bisa berenang dan sekoci tidak ada yang tersedia.
Alfred dan Denyer berakhir dengan masuk ke dalam 1.198 penumpang yang tidak selamat dari insiden itu. Yang lebih menyedihkan, tubuhnya tidak pernah ditemukan.
Karena keberaniannya, sebuah tugu peringatan didirikan di A24 London menuju Worthing Road di Holmwood. Di tugu tersebut bertuliskan "In Memory of Alfred Gwynne Vanderbilt, a gallant gentleman and a fine sportsman who perished in the Lusitania May 7th 1915. This stone is erected on his favourite road by a few of his British coaching friends and admirers"
Kita awali cerita ini dari fakta bahwa pria diatas, Alfred Gwynne Vanderbilt,dilahirkan dari keluarga yang sangat kaya. Terlebih lagi ketika kakak laki-laki tertuanya, William, meninggal dunia pada tahun 1892 pada usia 22 tahun. Apa hubungannya?
Karena ayahnya tidak merestui pernikahan William dengan seorang wanita pilihannya, hak waris kakaknya dicabut dan sebagian besar diberikan kepada Alfred dan adik laki-lakinya, Reginald Claypoole Vanderbilt Setelah lulus sekolah tepatnya pada 12 September 1899, Alfred memulai tur keliling dunia yang rencananya akan berlangsung selama dua tahun dengan teman-temannya.
Sayangnya, saat mereka sampai di Jepang, Alfred mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dunia secara mendadak dan bergegas pulang untuk menemuinya secepat mungkin. Waktu berjalan dengan cepat hingga pada 1 Mei 1915, sebagai penumpang kelas satu, Alfred naik ke RMS Lusitania untuk menuju Liverpool.
Itu adalah perjalanan bisnis, dan ia bepergian hanya dengan pelayannya, Ronald Denyer, meninggalkan keluarganya di rumah di New York. Pada 7 Mei 1915, Alfred tidak akan pernah menyangka bahwa di lepas pantai County Cork, Irlandia, dia akan menghadapi hari paling berat dalam hidupnya. Kapal RMS Lusitania tiba-tiba ditorpedo U-boat Jerman, U-20, membuat ledakan yang akan menenggelamkan kapal laut raksasa itu dalam waktu 18 menit.
Alfred dan Denyer membantu orang lain masuk ke sekoci. Waktu itu Alfred melihat ada seorang ibu muda dan anaknya yang masih bayi. Alfred mendekatinya dan menenangkannya dengan mengatakan dia akan menemukan penyelamat tambahan untuknya. Alfred gagal melakukannya dan kamu tahu apa yang dilakukan Alfred? Dia menawarkan pelampungnya sendiri. Padahal Alfred tidak bisa berenang dan sekoci tidak ada yang tersedia.
Alfred dan Denyer berakhir dengan masuk ke dalam 1.198 penumpang yang tidak selamat dari insiden itu. Yang lebih menyedihkan, tubuhnya tidak pernah ditemukan.
Karena keberaniannya, sebuah tugu peringatan didirikan di A24 London menuju Worthing Road di Holmwood. Di tugu tersebut bertuliskan "In Memory of Alfred Gwynne Vanderbilt, a gallant gentleman and a fine sportsman who perished in the Lusitania May 7th 1915. This stone is erected on his favourite road by a few of his British coaching friends and admirers"
Post a Comment for "Kisah Keberanian Alfred Gwynne Vanderbilt"
Tidak menerima komentar berbau SARA, kampanye, iklan judi, pornografi, atau spam.