Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ayo ke Yogyakarta


Apakah anda sedang bingung merencanakan tujuan liburan untuk keluarga? Ingin sesuatu yang berbeda untuk liburan kali ini? Bosan dengan rutinitas dan ingin sesekali pergi ke luar kota? Jika ya, maka Yogyakarta dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk liburan anda sekeluarga.
Sudah sejak lama Yogyakarta dikenal sebagai salah satu tujuan wisata, baik bagi turis lokal maupun mancanegara. Keunikan budaya, keindahan alam serta keramahan masyarakatnya, membuat Yogyakarta makin lengkap sebagai pilihan untuk berlibur. Apalagi pemerintah daerah juga sedang getol menggelorakan Yogyakarta sebagai salah satu tujuan wisata kelas dunia, dengan slogan : ‘Jogja, Never Ending Asia’.
Banyaknya wisatawan asing yang datang berkunjung menjadi sebuah indikator tersendiri bagaimana kualitas Yogyakarta sebagai andalan wisata Indonesia setelah Bali. Wisatawan asing  bisa dengan mudah ditemui, seperti  di daerah Dagen dan  Sosrowijayan (keduanya adalah pusat penginapan  favorit bagi turis  yang sedang berlibur di Yogyakarta), yang sangat terkenal di kalangan penggila backpacker.  Hotel-hotel di daerah tersebut memang terkenal sangat murah dengan pelayanan yang cukup baik. 
Beberapa tempat wisata di Yogyakarta juga sering dipadati oleh para bule yang ingin melihat langsung keindahan dan keelokan Yogyakarta. Sebut saja di pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta, Malioboro dan masih banyak lagi. Lantas jika turis mancanegara saja jatuh cinta pada Yogyakarta, mengapa tidak segera berkunjung di negeri Sultan ini?
Jika anda mulai tertarik untuk berwisata di Yogyakarta, maka ada baiknya untuk mengetahui 8 objek wisata yang menarik dan wajib dikunjungi. Apa saja kedelapan obyek wisata tersebut?
Memuaskan mata di Parangtritis
Parangtritis adalah sebuah pantai nan indah di selatan pulau Jawa. Pantai ini terletak di Kabupaten Bantul dan  berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sebuah laut yang bagi sebagian  masyarakat dipercaya sebagai tempat bertahta Nyi Roro Kidul, sosok penguasa daerah tersebut. Apa yang memukau dari pantai ini? jawabannya sungguh banyak.
Mulai dari  alunan angin yang sejuk menyegarkan, pasir putih yang indah bertebaran hingga pemandangan cantik nan memukau ketika memandang lautan lepas. Panorama elok tersebut akan semakin menawan ketika hari menjelang sore, tepatnya sesaat sebelum matahari kembali ke ufuk barat. Langit yang berwarna jingga kemerahan serta sinar lembut sang mentari yang menyentuh dan memantul di lautan yang tenang membuat waktu seakan berhenti berdetak.
Pantai Parangtritis sendiri terletak sekitar 30 km dari arah Yogyakarta. Walau belum dijangkau oleh TransJogja (sebuah bus yang mirip Trans Jakarta), tapi sudah banyak kendaraan umum yang melayani rute Yogyakarta-Parangtritis. Di sekitar daerah tersebut juga banyak tersebar hotel maupun penginapan dengan berbagai variasi harga, mulai dari Rp 50.000 semalam hingga Rp 500.0000 per malam.
Bagaimana dengan kuliner di sana? Ada berbagai makanan khas Parangtritis yang dapat dinikmati dengan harga yang juga beragam. Ikan bakar, udang bakar, sate kerang hingga sate undur-undur adalah beberapa contoh makanan khas pantai Parangtritis yang pantas dicoba.
Terpukau di Malioboro
            Malioboro adalah sebuah jalan yang membentang dari stasiun Tugu sampai ke Kantor Pos Pusat Yogyakarta. Malioboro juga sering disebut sebagai  jantung kota Yogyakarta. Maka tak heran jika kawasan ini tak pernah sepi dari serbuan wisatawan, baik lokal, maupun mancanegara.
Malioboro memang dikenal sebagai pusat perdagangan. Di sepanjang jalan ini, ratusan pedagang menjajakan berbagai barang dagangannya. Yang paling populer tentu saja baju dan berbagai makanan khas Yogyakarta seperti geplak, wajik, tape ketan. Jika anda baru pertama kali berkunjung ke Malioboro, ada baiknya untuk berhati-hati sebelum membeli barang.  Pastikan barang yang ingin anda beli dalam keadaan baik. Selain itu tidak ada salahnya untuk menguji kemampuan anda di bidang tawar-menawar. Asalkan penawaran anda ajukan dengan baik dan sopan, para pedagang pun akan segan dan menghargai anda.
Berlibur, Bermain Dan  Belajar Di Taman Pintar
            Taman Pintar memang khusus dibangun untuk memberikan pilihan wisata khususnya wisata edukasi. Terletak di belakang Museum Benteng Vredeburg, obyek wisata yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan ini buka pada hari Selasa hingga Minggu. Sedang pada hari Senin tutup kecuali pada tanggal merah.
            Sesuai dengan namanya, taman ini banyak memiliki jenis permainan dan wahana yang bertujuan mengasah kepintaran khususnya bagi anak-anak. Ada dinding bernyanyi yang tak lain merupakan sebuah dinding yang ditempeli drum berbagai macam ukuran. Pengunjung balita dan anak-anak sangat senang memukul-mukul drum-drum tersebut. Alat ini mengajarkan prinsip perubahan volume bunyi karena faktor ukuran sumber bunyi.
            Selain itu masih ada banyak permainan lainnya seperti telepon kaleng, parabola raksasa, taman air hingga yang paling populer, gedung oval. Di dalam gedung megah berbentuk oval ini juga banyak wahana yang menarik, seperti akuarium raksasa, berbagai permainan edukatif, hingga bioskop.

Menikmati Kreativitas di Taman Budaya Yogyakarta
Taman Budaya Yogyakarta terletak di sebelah Taman Pintar dan di belakang Museum Benteng Vredeburg. Taman budaya memiliki visi yang cukup menarik, yakni sebagai ‘Window of Jogja’, atau jendela Yogyakarta. Penggunaan kata Jogja sendiri agar lebih mudah diucapkan, terutama oleh warga negara asing.
Awalnya Taman Budaya Yogyakarta dibangun di daerah Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 dengan nama Taman Purna Budaya. Tetapi sejak tahun 1995, atas permintaan Rektor Universitas Gajah Mada pada saat itu, maka Taman Budaya Yogyakarta dipindah ke kompleks Museum Benteng Vredeburg. Bulaksumur sendiri kini  berfungsi sebagai pusat Unit Kegiataan Kemahasiswaan (UKM) bagi mahasiswa Universitas Gajah Mada.
Taman Budaya Yogyakarta sering menjadi tempat pameran bagi para seniman, baik dalam maupun luar negeri. Sudah tak terhitung lagi pameran yang pernah diadakan di sini. Maka tak salah jika Taman Budaya Yogyakarta juga sering disebut sebagai markas seniman Yogyakarta.
Selain sebagai tempat pameran, Taman Budaya Yogyakarta juga berperan sebagai pusat dokumentasi seni dan budaya, khususnya di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya dokumentasi yang rapi dan lengkap, maka kesenian dan kebudayaan di Yogyakarta dapat terus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas. Taman Budaya Yogyakarta juga sering mengadakan seminar, sarasehan ataupun pelatihan seni dan budaya. Pengunjung yang masuk ke Taman Budaya Yogyakarta ini tidak dipungut biaya apapun, kecuali jika ada pameran ataupun sarasehan.
            Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum megah dengan banyak koleksi lengkap, khususnya yang memuat kenangan pada era perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan . Berbagai benda bersejarah yang bisa mengingatkan para pengunjung akan jasa para p kusuma bangsa juga ada disana. Untuk tiket masuk sendiri terbilang cukup murah, hanya Rp 3000 untuk turis lokal dan Rp 6000 untuk turis asing.
Mengenang Perjuangan Bangsa Di Monjali
            Selain Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta juga memiliki sebuah museum lain yang cukup terkenal, yakni Museum Monumen Yogya Kembali atau yang biasa disingkat Monjali. Museum ini terletak di desa Jongkhang, Kabupaten Sleman. Adapun bentuk gedung dari Museum Monumen Yogya Kembali ini cukup unik, yakni berbentuk kerucut.
            Di dalam museum ini, terdapat banyak koleksi yang mengisahkan tentang usaha perebutan kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda. Museum Jogja Kembali di resmikan pada tanggal 29 Juni 1985. Tanggal 29 Juni dipilih karena pada tanggal yang sama di tahun 1949, tentara Belanda angkat kaki dari Yogyakarta.

Pesona  Keraton Yogyakarta

            Dulu, Keraton Yogyakarta ini adalah tempat tinggal bagi Sri Sultan Hamengku Buwana beserta keluarga dan kerabatnya. Tetapi ketika Sri Sultan memilih pindah ke Gedung Gubernuran (rumah dinas bagi keluarga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta), keraton pun dibuka untuk umum. Kini keraton menjadi salah satu ikon wisata bagi Yogyakarta.
            Pengunjung yang datang bisa menyaksikan arsitektur keraton yang indah yang kental dengan nuansa Jawa. Di bagian tengah terdapat pendopo yang pada jaman dulu difungsikan sebagai tempat rapat bagi Sultan dan para pejabat keraton. Pengunjung juga dapat melihat berbagai koleksi miniatur pasukan keraton lengkap dengan pakaian dan senjatanya. Ada pula beberapa kereta kuda yang digunakan oleh Sultan dalam berbagai kegiatan.
            Untuk dapat menikmati keindahan keraton, pengunjung  hanya membayar Rp 3.000 (untuk turis asing Rp 6.000). Sedang jika ingin mendapatkan izin mengambil gambar cukup dengan tambahan Rp 2000. Di dalam kompleks keraton juga disediakan jasa pemandu wisata yang bisa disewa.

Menghabiskan Malam di Alun-Alun Utara

            Alun-alun utara pada zaman dulu berfungsi sebagai tempat mengadakan berbagai ritual dan upacara adat. Seiring dengan berjalannya waktu, kini alun-alun utara berfungsi sebagai simbol kebudayaan dan tempat wisata. Terutama di malam hari, alun-alun utara sangat ramai. Pengunjung dapat melihat dan menyewa becak atau sepeda yang dihiasi berbagai macam lampu berwarna-warni.
            Selain itu, pengunjung juga dapat mengadu keberuntungan dengan berjalan melewati dua buah pohon beringin yang terletak di tengah alun-alun dengan mata tertutup. Konon, jika berhasil, maka segala keinginan akan terkabul. Setiap hari banyak pengunjung yang mencoba, terutama para muda-mudi.. Di tempat ini pulalah Keraton Yogyakarta mengadakan upacara adat grebeg Maulud, grebeg Besar dan grebeg Syawal.
            Itulah delapan obyek wisata yang sangat terkenal di Yogyakarta. Tentu masih banyak lagi obyek wisata yang juga menarik yang ada di sana. Dari pada melancong ke Singapura atau Hongkong, tak ada salahnya kita lebih mengenal  negeri sendiri, salah satunya dengan berwisata ke Yogyakarta.
Ayo Ke Yogyakarta
Ayo Ke Jogjakarta


Post a Comment for "Ayo ke Yogyakarta"